Belajar Bareng: Cerita mini
Showing posts with label Cerita mini. Show all posts
Showing posts with label Cerita mini. Show all posts

Thursday, 11 June 2015

Kisah Seorang Ibu Bermata Satu

By Unknown | At 21:18 | Label : , , | 0 Comments

Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku membencinya…sungguh memalukan. Ia menjadi juru masak di sekolah, untuk membiayai keluarga. Suatu hari ketika aku masih SD, ibuku datang. Aku sangat malu. Mengapa ia lakukan ini? Aku memandangnya dengan penuh kebencian dan melarikan. Keesokan harinya di sekolah…

“Ibumu hanya punya satu mata?!?!”….eeeeee, jerit seorang temanku.

Aku berharap ibuku lenyap dari muka bumi. Ujarku pada ibu,

“Bu…. Mengapa Ibu tidak punya satu mata lainnya? Kalau Ibu hanya ingin membuatku ditertawakan, lebih baik Ibu mati saja!!!”

Ibuku tidak menyahut. Aku merasa agak tidak enak, tapi pada saat yang bersamaan, lega rasanya sudah mengungkapkan apa yang ingin sekali kukatakan selama ini… Mungkin karena Ibu tidak menghukumku, tapi aku tak berpikir sama sekali bahwa perasaannya sangat terluka karenaku.

Malam itu..
Aku terbangun dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ibuku sedang menangis, tanpa suara, seakan-akan ia takut aku akan terbangun karenanya. I memandangnya sejenak, dan kemudian berlalu. Akibat perkataanku tadi, hatiku tertusuk. Walaupun begitu, aku membenci ibuku yang sedang menangis dengan satu matanya. Jadi aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku akan tumbuh dewasa dan menjadi orang yang sukses.

Kemudian aku belajar dengan tekun. Kutinggalkan ibuku dan pergi ke Singapura untuk menuntut ilmu. Lalu aku pun menikah. Aku membeli rumah. Kemudian akupun memiliki anak. Kini aku hidup dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku menyukai tempat tinggalku karena tidak membuatku teringat akan ibuku. Kebahagian ini bertambah terus dan terus, ketika.. Apa?! Siapa ini?! Itu ibuku…Masih dengan satu matanya. Seakan-akan langit runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku berlari ketakutan, ngeri melihat mata Ibuku.

Kataku,

“Siapa kamu?! Aku tak kenal dirimu!!”

Untuk membuatnya lebih dramatis, aku berteriak padanya,

“Berani-beraninya kamu datang ke sini dan menakuti anak-anakku!!”

“KELUAR DARI SINI! SEKARANG!!”

Ibuku hanya menjawab perlahan, “Oh, maaf. Sepertinya saya salah alamat,” dan ia pun berlalu. Untung saja…ia tidak mengenaliku. Aku sungguh lega. Aku tak peduli lagi. Akupun menjadi sangat lega… Suatu hari, sepucuk surat undangan reuni sekolah tiba di rumahku di Singapura. Aku berbohong pada istriku bahwa aku ada urusan kantor. Akupun pergi ke sana. Setelah reuni, aku mampir ke gubuk tua, yang dulu aku sebut rumah.. Hanya ingin tahu saja.

Di sana, kutemukan ibuku tergeletak di lantai yang dingin. Namun aku tak meneteskan air mata sedikit pun. Ada selembar kertas di tangannya…. Sepucuk surat untukku.

“Anakku..

Kurasa hidupku sudah cukup panjang..

Dan..aku tidak akan pergi ke Singapura lagi..

Namun apakah berlebihan jika aku ingin kau menjengukku sesekali? Aku sangat merindukanmu. Dan aku sangat gembira ketika tahu kau akan datang ke reuni itu. Tapi kuputuskan aku tidak pergi ke sekolah.

Demi kau..

Dan aku minta maaf karena hanya membuatmu malu dengan satu mataku. Kau tahu, ketika kau masih sangat kecil, kau mengalami kecelakaan dan kehilangan satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tak tahan melihatmu tumbuh hanya dengan satu mata… Maka aku berikan mataku untukmu…. Aku sangat bangga padamu yang telah melihat seluruh dunia untukku, di tempatku, dengan mata itu. Aku tak pernah marah atas semua kelakuanmu. Ketika kau marah padaku.. Aku hanya membatin sendiri, “Itu karena ia mencintaiku…” Anakku… Oh, anakku…”

Pesan ini memiliki arti yang mendalam dan disebarkan agar orang ingat bahwa kebaikan yang mereka nikmati itu adalah karena kebaikan orang lain secara langsung maupun tak langsung. Berhentilah sejenak dan renungi hidup Anda! Bersyukurlah atas apa yang Anda miliki sekarang dibandingkan apa yang tidak dimiliki oleh jutaan orang lain! Luangkan waktu untuk mendoakan ibu Anda!





Sumber : http://uniqpost.com/12029/renungan-kisah-seorang-ibu-bermata-satu/

Cinta seorang anak

By Unknown | At 21:17 | Label : , , | 0 Comments

Seorang janda miskin Siu Lan mempunyai putri cantik berumur 7 tahun bernama Lie Mei. Kemiskinan yang melanda membuat Lie Mei harus membantu ibunya berjualan jajanan kering seperti kue dan roti dipasar, karena miskin itu pula Lie Mei tidak pernah sekali pun bermanja-manja kepada ibunya layaknya teman-teman disekitar rumahnya.

Musim dingin pun tiba dan ketika selesai bikin kue dan roti, Siu Lan melihat keranjang kuenya sudah rusak dan Siu Lan berpesan pada Lie Mei untuk nunggu dirumah karena ia akan membeli keranjang baru.

Setibanya Siu Lan pulang kerumah, ia tidak menemukan Lie Mei. Siu Lan langsung naik pitam dan sangat marah. “Benar-benar tidak tau diri, hidup susah tapi masih juga pergi main-main, padahal tadi sudah dipesan agar menunggu rumah.” Ucapnya.

Akhirnya Siu Lan pergi sendiri menjual kue dan roti. Sebagai hukumannya untuk Lie Mei, pintu rumahnya dikunci dari luar agar Lie Mei tidak dapat masuk. Putrinya mesti diberi pelajaran, pikirnya geram.

Sepulang dari jual kue Siu Lan menemukan Lie Mei, gadis kecil itu tergeletak didepan pintu. Siu Lan berlari memeluk Lie Mei yang membeku dan sudah tidak bernyawa. Jeritan Siu Lan memecah kebekuan salju saat itu. Ia menangis dan meraung-raung, tetapi Lie Mei sudah tetap tidak bergerak.

Siu Lan membopong Lie Mei masuk kerumah lalu mengguncang-guncang tubuh beku putri kecilnya sambil meneriakkan nama Lie Mei dengan harap putri kecilnya kembali sadar. Tiba-tiba sebuah bingkisan kecil jatuh dari tangan Lie Mei. Siu Lan mengambil bungkusan kecil itu dan membuka isinya.

Didalamnya adalah sebuah biskuit kecil yang dibungkus dengan kertas usang dan tulisan kecil yang ada dikertas dari tulisan Lie Mei yang berantakan tapi dapat dibaca, "Mama pasti lupa, ini hari istimewa bagi mama, aku membelikan biskuit kecil ini untuk hadiah, uangku tidak cukup untuk membeli biskuit yang besar… Mama selamat ulang tahun".

______________
Emosi adalah lidah bekerja lebih cepat dibandingkan pikiran dan hati. Penyesalan, selalu mengetuk hati ketika semuanya terjadi hingga kehilangan yang membuat tersadar dari tidur yang panjang.

Berpikir negative hanya akan membuat penyesalan itu datang.
Berpikirlah bijak sebelum bertindak.

Anak, suami, istri, mereka semua adalah rumahmu istanamu


Sumber : http://terimakasihibu.blogspot.com

DIARY MUNA

By Unknown | At 21:17 | Label : , | 0 Comments
Dear diary!
4 JULI 2000

Riy! Hari ini aku jadian dengan Rizal, setelah sekian lama PeDeKaTe . Hatiku bahagiaaaaaaaaaaaaaaaaaa bangat, dia anak yang baik, meskipun orangtuaku menentang hubungan kami, tapi aku terlanjur cinta sama dia, meskipun juga teman-teman sekolah selalu meremehkan dia, tapi aku over sayang sama dia…Ya Allah, aku sayang rizal.

Dear diary
6 JULI 2000

Riy! Hari ini rizal menungguku pulang sekolah di terminal labi-labi, begitu aku turun dari mobil dia langsung menemuiku dan mengantarku pulang walaupun hanya berjalan kaki. Aku senang riy…senaaaaaaaaang bangat, tapi sayang dia tidak mengantarku sampai kerumah, hanya sampai batas lorong rumah saja, karena aku takut dimarahi bunda dan ayah. Maklum riy, aku masih dianggap anak kecil yang belum boleh pacaran, Usiaku saat ini baru memasuki 15 tahun.


Dear diary
10 JULI 2000

Riy! Uda satu minggu aku jadian dengan rizal, hubungan kami cukup bahagia..dia perhatian dan sangat menyayangiku…I lope u Rizal..Always lope u, met tidur syg…


Dear diary
1 Agustus 2000
Riy!
Aku sedih banget, akhirnya hubunganku dengan rizal  tercium oleh bunda dan ayah. Kamu tau apa yang mereka lakukan terhadapku? Aku dimarahi habis-habisan dan diancam kalau hubungan ini masih dilanjutkan maka mereka tidak segan-segan memukul dan mengurangi uang sakuku sekolah. Bahkan bunda dan ayah memaki rizal dengan kata-kata yang cukup sadis, anak ingusan,berandalan,belum mandiri, gak bisa apa-apa dan sejuta kata-kata pedas lainnya terus dihujani mereka untuknya, untuk rizalku sayang, orang yang paling aku sayang dan aku cintai.
Riy!
Rizal memang masih berusia 17 tahun, anak yatim piatu,miskin,dan tidak punya siapa-siapa diBanda Aceh ini, dia anak rantau, tapi dia cukup dewasa, baik dan selalu bisa membuatku bahagia.….oh tuhan bagaimana ini? Bingung riy..bingung…sedih hatiku.

Dear diary!
2 AGUSTUS 2000
 Riy!
Hari ini aku gak ketemu dengan belahan jiwaku, karena ayah mejemputku kesekolah. Kasian Rizal, dia pasti menungguku seharian diterminal seperti biasanya…semoga dia gak kecewa. Tapi tadi aku sempat nitip pesan lewat teman sekolahku untuknya, kalau hari ini aku gak bisa pulang dengan labi-labi karena ayah menjemputku.




Dear diary!
3 AGUSTUS 2000
Ternyata benar riy, kemarin Rizal menungguku seharian diterminal, sewaktu temanku menyampaikan pesan dariku dia begitu kecewa, dan langsung pulang, dan hari ini lagi-lagi aku dijemput ayah disaat bel sekolah berbunyi tiga kali tanda pulang. Ayah telah menungguku digerbang sekolah. Aku kangen riy! Padahal baru dua hari aku tidak bertemu dengannya Kalau cinta ini belum waktunya, kenapa dia hadir begitu cepat padaku, kenapa aku gak boleh mencintainya? Tuhaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnn, aku mumang…




Dear diary
11 AGUSTUS 2000

Riy!
Sudah lebih satu minggu aku gak ketemu dengan belahan jiwaku, aku kangen, ayah masih terus saja mengawasiku selama ini. Tapi aku senang riy, Rizal menitip surat untukku, yang isinya, aku harus sabar dan dia juga sangat merinduiku…malam ini biarlah aku tidur bersama surat ini.semoga besok ada jalan untuk menemuinya meskipun hanya sebentar saja…

Dear diary
12 agustus 2000



Riy!
Hari ini benar-benar membuatku tidak percaya dengan apa yang telah aku lakukan tadi siang sewaktu jam pelajaran ke dua, aku bolos dari sekolah riy, aku pergi menemui pujaan hatiku dirumah saudara angkatnya. Aku tidak sabar ingin bertemu dengannya, karena tidak ada cara lain selain bolos sekolah. Sesampai disana, dia tterkejut dengan kedatanganku, dia sempat menasehatiku agar perbuatan seperti ini tidak terjadi untuk kedua kalinya, dia  mengatakan kalau dia tidak ingin orang yang dicintainya mendapat masalah.
Riy!
Dia meyakini aku dengan cintanya, dia berjanji akan selalu mencintaiku, dan hanya aku orang yang sangat disayanginya, meskipun banyak rintangan, dia tetap menyayangiku.aku legaaaaaaaaaa riy, aku bahagia.setidaknya malam ini aku dapat tidur nyenyak.

Dear diary
12 SEPTEMBER 2000

Riy!
Udah satu bulan Gak ada kabar dari Rizal, jangankan menitip pesan, sepucuk suratpun gak ada, aku kwatir terjadi sesuatu dengannya, padahal selama ini aku uda mengirimnya surat, tapi tidak ada satupun balasan darinya.
Riy!
Ayahku, uda kembali memberi kebebasan untukku, tampaknya dia mulai percaya pada kata-kataku tempo hari kalau aku udah gak ada  hubungan apa-apa dengan Rizal, maafkan anakmu ini ayah dan bunda, aku terlalu mencintainya.



Dear diary!
14 SEPTEMBER 2000
Riy!
Aku seakan tidak percaya tentang kabar yang aku dengar hari ini, sepulang dari sekolah tadi, aku ketempat tinggal Rizal selama ini, dengan harapan bertemu dan meminta penjelasan darinya, ada apa dengannya selama satu bulan ini.
Riy!
Taukah apa yang terjadi sampai disana tadi? Ternyata rizal tidak ada, dia udah pergi ke negeri tetangga, MALAYSIA, hanya sepucuk surat yang dia titipkan untukku kepada kakak angkatnya itu, Dalam isi surat itu ia mengatakan permintaan maafnya dan segera kembali, karena harus kemalaysia tanpa memberitahu secara langsung terlebih dahulu, hatiku sakit riy, hatiku hancur… Aku benci Rizal…aku benci…

Dear diary!
31 FEBUARY 2003
Riy!
Hari ini aku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi dalam hidupku…
Orang yang selama ini aku nantikan selama tiga tahun  dan aku masih sangat mencintainya ternyata hadir hadapanku tadi siang sewaktu aku pulang dari sekolah, seperti biasa dia menungguku diterminal labi-labi seperti tiga tahun yang lalu, yang bedanya dulu aku masih duduk dibangku SMP, dan sekarang aku udah mau tamat SMA. Seakan aku tidak percaya, riy, selama tiga tahun aku tidak pernah lagi cerita sama kamu, dan hari ini aku kembali berteman lagi denganmu riy, aku ingin cerita kalau Rizal udah kembali untukku, dia begitu berbeda, dulu kurus, sekarang menjadi pria idaman setiap wanita, wanita manapun rasanya akan kesensem melihat Rizal yang sekarang. Aku jadi kwatir kalau rizal akan berpaling dariku.


Riy!
Kamu tau? Tadi rizal memujiku, dia mengatakan aku semakin cantik, tapi sayangnya aku semakin kurusan. Ya memang benar, karena tiada hari tanpa memikirkan mu pujaan hatiku…
Riy!
Yang membuat hatiku semakin bahagia, rizal mengatakan ingin melamarku, karena sampai detik ini dia masih sangat mencintaiku dan hanya aku wanita yang dia cintai selama ini, dia juga menjelaskan dia pergi selama tiga tahun, hanya untuk aku, mencari uang untuk masa depan aku dan dia, seketika rasa benci dan sakit hatiku selama ini luluh dalam sekejab riy, berganti dengan tangis haru, karena penantianku selama ini tidak sia-sia…dia masih mencintaiku.riy aku bahagia…

Dear diary!
2 MARET 2003
Riy!
Aku kecewa dengan kedua orangtuaku,ternyata masih saja tidak merestui hubungan ku dengan Rizal, padahal aku sudah menjelaskan pada mereka panjang lebar sehingga mulutku berbusa, tapi mereka tetap saja tidak setuju, mereka mengatakan begitu lulus SMA nanti aku harus kuliah, dan mereka juga sudah mempersiapkan calon pendamping untukku, yang menurut mereka lebih baik segala-galanya dari Rizal.
Aku gak tau harus berkata apalagi pada mereka, aku udah putus asa, aku ingin lari saja dengan Rizal…terserah rizal mau membawaku kemana…aku bingung riiiiiiiiiiiiiiiiiiyyyyyyyyyy…





Dear diary!
4 MARET 2003
Riy!
Aku tidak percaya kalau semua ini terjadi begitu tragis dalam hidupku, aku masih belum percaya sampai saat ini kalau orang yang sangat aku cintai uda pergi untuk slama-lamanya, dia pergi meninggalkan sejuta misteri, dia pergi meninggalkan aku sendiri, dia bukan pergi sesaat seperti dulu, tapi dia pergi untuk selamanya.
Riy!
Aku harap ini mimpi buruk, dia baru saja ditempatkan diperistirahatannya yang terakhir,, dibawah gundukan tanah merah, membawa cintaku,membawa sejuta angan yang pernah kami rancang beberapa hari yang lalu, tapi kenapa??? Kenapa dia begitu cepat pergi, tidak membawaku, dia pergi sendiri, inikah bukti cintanya untukku?
Riy!
Dari hasil diaknosa dokter dia meninggal karena over dosis, dia ditemukan oleh teman satu kontrakannya dalam keadaan tak bernyawa dan dari dalam mulutnya mengeluarkan busa putih, setelah divisum ternyata dia sengaja bunuh diri.

Riy!
Ternyata selama ini dia komplotan mafia barang terlarang tersebut, selama tiga tahun dimalaysia, dia mencari uang dengan cara menjual barang haram tersebut, dan setelah aku menceritakan tentang pertentangan hubungan kami, dia putus asa dan memutuskan pergi untuk selamanya dengan cara bunuh diri…
Riyyyyyyyyyyyyyyyyyy…ini kisah terakhirku yang kucerita padamu, usai sudah, hanya surat terakhir yang dia tinggalkan untukku dan tak ingin kubaca…sampai aku benar-benar siap untuk membacanya….


Salam terakhir MUNA

Dear muna terkasih,di istana cintaku

Sayang, mungkin saat kamu membaca isi surat ini, aku telah pergi jauh sekali dan kita tak mungkin lagi bertemu, tapi jangan kwatir sayang, aku membawa cinta dan sayangmu bersamaku.
Muna, cintaku
Kamu pasti bertanya kenapa aku bodoh mengambil jalan ini sebagai jalan terakhir dan konyol. Aku sangat putus asa sayang, setelah kamu menceritakan tentang hubungan kita yang masih ditentang oleh kedua orangtuamu, tentang perjodohan yang sudah disiapkan untukmu, aku tidak sanggup sayang,melihatmu bahagia dengan orang lain.
Sayang, maafkan aku, bukan aku tidak setuju dengan idemu, mengajakmu kawin lari, tapi aku tidak mau, kamu menjadi anak durhaka, apalagi saat ini kamu pasti sudah tau apa pekerjaanku sebenarnya, biarlah aku mengambil jalan pintas ini, semoga kamu bahagia dengan pilihan orangtuamu, kuburkan cintamu untukku seiring dengan terkuburnya aku, biar aku saja yang membawa cintamu.
Selamat tinggal sayang, aku mencintaimu,menyayangimu,lebih daripada nyawaku..

Salam sayang, kekasihmu RIZAL

Air mata muna telah membanjiri pipinya yang manis, setelah bertahun tahun surat itu disimpannya, dan pada hari pernikahannya dia memberanikan diri membacanya.
“ Rizal belahan jiwaku, sampaikapanpun aku masih mencintaimu, semoga Allah mengampuni dosa-dosamu, aku akan selalu mengenangmu, meskipun hari ini aku akan bersanding dengan pilihan orangtuaku, itu bukti cintaku padamu dan juga orangtuaku......


Karya : Rara


Thursday, 21 April 2011

Belajar Dari Bapak Tua Yang Bijak

By Unknown | At 03:50 | Label : , , | 0 Comments

Suatu ketika hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan raut mukanya ruwet. Tamu itu memang tampak seperti orang yang tidak berbahagia.

Tanpa membuang waktu orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak itu hanya mendengarkan dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamu itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba minum ini dan katakana bagaimana rasanya”, ujar Pak Tua itu.

“Pahit.., pahit sekali rasanya…”, jawab tamu itu sambil meludah kesamping.

Pak Tua sedikit tersenyum. Lalu ia mengajak tamunya berjalan ke tepi telaga didalam hutan didekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampailah mereka ketepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu dibuatnya gelombang-gelombang dari adukan-adukan itu yang menciptakan riak-riak air. “Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah”, perintah Pak Tua. Saat tamu itu selesai meneguk air itu, Pak Tua kembali bertanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar”, sahut tamunya. “Apakah kamu merasakan garam didalam air itu?”, Tanya Pak Tua lagi. “Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan kebapakan Pak Tua menepuk-nepuk punggung anak muda itu. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh disamping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan itu adalah layaknya segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama. Dan memang akan tetap selalu sama.”

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu kembali memberi nasehat, “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung sgalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas. Buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, ‘sang orang bijak’, kembali menyimpan ‘segenggam garam’ untuk anak muda lain yang sering datang kepadanya membawa keresahan jiwa…

Sumber : http://terimakasihibu.blogspot.com

Sunday, 17 April 2011

Tempayan Retak

By Unknown | At 08:23 | Label : , | 0 Comments
Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan satunya lagi tidak. Tempayan yang utuh selalu dapat membawa air penuh, walaupun melewati perjalanan yang panjang dari mata air ke rumah majikannya. Tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.

Hal ini terjadi setiap hari selama dua tahun. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan utuh
merasa bangga akan prestasinya karena dapat menunaikan tugas dengan sempurna. Di pihak lain, si tempayan retak merasa malu sekali akan ketidaksempurnaanya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya ia dapat berikan.

Setiap Orang Memiliki kekurangan

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak berkata
kepada si tukang air, “Saya sungguh malu kepada diri saya sendiri dan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya” “mengapa?” tanya si tukang air,”mengapa kamu merasa malu ?””Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa. Adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuat mu rugi.”

Si tukang air merasa kasihan kepada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia menjawab,” Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan.” Tuhan sanggup memakai kelemahan kita untuk maksud yang indah.

Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali merasa sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor dan kembali tempayan retak itu meminta maaf kepada si tukang air atas kegagalannya. Si tukang air berkata kepada tempayan itu, “Apakah kamu tidak memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu ? tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan lain yang tidak retak itu ?” Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini, aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk dapat menghias meja majikan kita. Tanpa adanya kamu , majikan kita tidak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang.”

Setiap orang memiliki cacat dan kelemahan sendiri. Kita semua adalah tempayan
retak, namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk maksud
tertentu. Dimata Tuhan yang bijaksana, tak ada yang terbuang percuma, Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah kelemahanmu dan kamu dapat menjadi sarana keindahan Tuhan. Ketahuilah dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita.




Sumber : http://www.facebook.com/pages/Kumpulan-Kata-Kata-BijakMutiara-Collection-of-Words-of-Wisdom-Pearl/148285738540815

SEMANGKOK BAKMI

By Unknown | At 08:03 | Label : , , | 0 Comments
Ada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tdk membawa uang.

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tdk mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata "Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?" "
Ya, tetapi, aku tdk membawa uang" jawab Ana dengan malu-malu

"Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu" jawab si pemilik kedai. "Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu".

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang. "Ada apa nona?"
Tanya si pemilik kedai.
"tidak apa-apa" aku hanya terharu jawab Ana sambil mengeringkan air matanya.

"Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi !, tetapi,? ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah"
"Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri" katanya kepada pemilik kedai.


Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang dan berkata "Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu.
Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya"

Ana, terhenyak mendengar hal tsb. "Mengapa aku tdk berpikir ttg hal tsb? Utk semangkuk bakmi dr org yg baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya.
Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.

Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg hrs diucapkan kpd ibunya. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah "Ana kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika kau tdk memakannya sekarang".
Pada saat itu Ana tdk dapat menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kpd org lain disekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kpd org yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup Kita.


BAGAIMANAPUN KITA TIDAK BOLEH MELUPAKAN JASA ORANG TUA KITA. SERINGKALI KITA MENGANGGAP PENGORBANAN MEREKA MERUPAKAN SUATU PROSES ALAMI YANG BIASA SAJA; TETAPI KASIH DAN KEPEDULIAN ORANG TUA KITA ADALAH HADIAH PALING BERHARGA YANG DIBERIKAN KEPADA KITA SEJAK KITA LAHIR. PIKIRKANLAH HAL ITU??
APAKAH KITA MAU MENGHARGAI PENGORBANAN TANPA SYARAT DARI ORANG TUA KITA?

HAI ANAK-ANAK, TAATI DAN HORMATILAH ORANG TUAMU DALAM KESEHARIANMU, KARENA ITULAH HAL YANG INDAH DIMATA TUHAN


Sumber : http://www.facebook.com/pages/Kumpulan-Kata-Kata-BijakMutiara-Collection-of-Words-of-Wisdom-Pearl/148285738540815

Saturday, 19 March 2011

Kisah Wortel, Telur, dan Kopi

By Unknown | At 01:42 | Label : , , | 0 Comments
Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.

Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.

Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.

Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”

Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.

“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”

“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”

“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”

“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”

“Ada raksasa dalam setiap orang dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahan raksasa itu kecuali raksasa itu menahan dirinya sendiri”

Anda pemarah...? belajarlah dari paku

By Unknown | At 01:40 | Label : , , | 0 Comments

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah-marah tersebut, sang ayah memberikannya sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah.

Hari pertama anak itu telah memakukan 30 paku ke pagar setiap kali dia marah… memang terkenal temperamen, sampai-sampai sehari saja sudah 30 kali marah-marah. Hari berganti hari jumlah yang ia pakukan berkurang. Sang anak merasakan capek dan lelah ketika harus memakukan paku-paku saat marah.

Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa bisa mengendalikan amarahnya dan lebih bisa bersabar. Dia memberitahukan kabar baik ini kepada sang ayah dengan malu-malu.

Sang ayah pun tersenyum puas. Namun ia meminta anaknya untuk mencabut satu paku setiap hari ketika ia tidak marah. Hari-hari berlalu dan anak laki-lakinya telah berhasil mencabut semua paku.

Sang ayah lalu menuntun anaknya ke pagar.

“Kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-katamu akan meninggalkan bekas di hati orang lain seperti lubang-lubang ini.”

Semoga kita bisa belajar dari kisah ini. Ketika kita marah atau menyakiti orang lain, tidak peduli berapa kali kita meminta maaf. Luka itu akan tetap ada… Maka, tidak ada ruginya banyak-banyak berbuat baik dan berhenti marah-marah apalagi menyakiti orang lain.


Sumber : http://uniqpost.com/13469/anda-pemarah-belajarlah-dari-paku

"Ma'afkan ayah anakku..."

By Unknown | At 00:29 | Label : , | 0 Comments

Sebuah kisah yang harus kita ketahui bersama untuk dapat diperhatikan...

Ini ada bahan untuk bahan renungan bagi kita semua yang barangkali ada yang kelupaan pada kata yang satu ini, yaitu : MA'AF.

Jam sudah menunjukkan angka sebelas ketika aku duduk merebahkan diri di ruang tengah. Tentu saja istri dan anakku Aisyah sudah tertidur lelap. Tapi kenapa pintu kamar Aisyah masih terbuka? Aku tertegun saat berdiri di depan pintu kamar Aisyah. Aisyah tertidur di meja belajarnya ditangan kanannya masih memegang pinsil dan sepertinya ia menulis sesuatu di buku tulisnya dan ada segelas kopi.

"Tumben anak ini minum kopi," pikirku.

Kuangkat dia ketempat tidur. Kubereskan meja belajarnya yang berantakan, namun sebelum aku menutup buku tulisnya aku ingin melihat apa yang ditulis Aisyah. Aku tertegun sejenak saat membaca tulisan-tulisannya, ternyata semuanya cerita tentang diriku. Sampai akhirnya aku membaca 3 lembaran terakhir yang sangat menyentuh hatiku.

Di lembaran pertama dia menulis : "Hari ini ayah tidak jadi menemaniku ke toko buku, mungkin ayah tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Aku mengerti dengan kesibukanmu ayah."

Aku jadi ingat beberapa minggu yang lalu Aisyah mengajakku ke toko buku, aku ingat sekali gaya bicaranya yang polos.

"Ayah nanti sore ada kegiatan nggak sih," sapa Aisyah saat aku akan pergi kerja.

"Ada apa sayang," jawabku.

"Ayah mau nggak menemani Aisyah ke toko buku?"

"Kalau ayah nggak sibuk nanti sore akan ayah usahakan menemani kamu yach".

"Terima kasih, ayah," ucap Aisyah dengan wajah yang sangat gembira sambil mencium pipiku.

Aku tersenyum melihat tingkahnya yang lucu dan menggemaskan.

Di lembaran kedua dia menulis : "Hari ini ayah tidak jadi lagi menemaniku ke toko kaset, padahal aku ingin sekali mendengar lagunya Sulis dan memutarnya di kamarku saat aku sedang sendiri agar aku tidak merasa sunyi. Sebenarnya aku mau ngajak ibu tapi aku ingin sekali ditemani ayah. Tapi lagi-lagi ayah sibuk".

Dan aku ingat lagi kalau Aisyah memang pernah mengajakku menemaninya membeli kaset.

Kalau dia ingin mengajakku dia selalu bicara seperti ini, "Ayah nanti sore sibuk nggak atau Ayah nanti sore ada kegiatan?"

Bahasa yang sopan sekali menurutku sehingga aku tidak bisa untuk mengatakan tidak walaupun terkadang aku tidak bisa memenuhi keinginannya.

Di lembaran terakhir dia menulis : "Hari ini dan untuk kesekian kalinya ayah tidak bisa menemaniku. Tadi aku mengajak ayah ke pasar malam padahal ini kan hari terakhir ada pasar malam di komplekku dan aku udah janji sama Pak Mamat kalau aku akan membeli boneka yang ditawarkan tadi sore saat pak Mamat lewat depan rumahku, aku katakan pada pak Mamat kalau aku akan pergi bersama ayah ke pasar malam dan aku akan membeli boneka pak Mamat. Karena ayah masih belum pulang pasti pak Mamat sudah menjualnya. Pak Mamat maafkan Aisyah yah. Besok pagi akan Aisyah tunggu di depan rumah dan minta maaf pada pak Mamat kalau Aisyah tidak bisa pergi ke pasar malam. Kali ini Aisyah yang akan duluan meminta maaf, biasanya kan pak Mamat selalu minta maaf kalau sudah melihatku di depan rumah menanti majalah yang kupesan. Dia selalu bilang, 'maaf yah neng, pak Mamat terlambat'. Padahal menurutku pak Mamat nggak terlambat hanya aku yang terlalu cepat menunggunya. Begitu melihatku sudah menunggu dia mengayuh sepedanya lebih cepat lagi. Saat kutanya kenapa sih pak Mamat selalu minta maaf padahal pak Mamat kan nggak punya salah pada Aisyah. 'Iya neng, Pak Mamat tidak ingin mengecewakan neng Aisyah kemaren kan sudah bilang kalau pak Mamat nganterin pesanan neng Aisyah pagi-pagi sebelum neng pergi kesekolah. Coba kalau pak Mamat datangnya kesiangan pasti neng kecewa, pak Mamat nggak ingin neng, ngecewakan orang karena kekecewaan itu akan menimbulkan luka di hati. Dan susah neng untuk menyembuhkannya kecuali kita minta maaf dengan tulus pada orang yang telah kita kecewakan'. Aku jadi ingat sama ayah, ayah tidak pernah mengucapkan maaf padaku, atau mungkin karena ayah menganggapku masih kecil atau ah, aku tidak mau berprasangka buruk terhadap ayah. Walaupun sebenarnya aku sangat kecewa dengan ayah tapi aku tidak ingin menyimpan kekecewaan itu didalam hati. Bahkan hatiku selalu terbuka untuk kata maaf ayah".

Aku menangis membaca tulisan Aisyah, kudekati Aisyah di pembaringan sambil kupandangi wajahnya yang polos. Aisyah anakku sayang maafkan ayah, ternyata kau punya hati emas. Aku memang tidak pernah minta maaf pada Aisyah atas janji-janji yang tidak pernah kupenuhi padanya. Dan aku selalu menganggapnya dia sudah melupakannya begitu melihatnya dipagi hari wajahnya begitu cerah dan selalu tersenyum. Dan ternyata dia masih mengingatnya dalam tulisan-tulisannya. Ah, entah sudah berapa banyak goresan rasa kecewa yang ada dihatimu andai kau tidak memaafkan ayah. Aisyah, ayah akan menunggumu sampai terbangun untuk meminta maafmu.

---Untuk anakku tersayang Aisyah---

Renungan: Terkadang kita malu atau enggan hanya untuk sekedar mengatakan kata "maaf" dan membiarkannya menjadi goresan-goresan luka yang membekas di hati. Atau mungkin kita sering beranggapan bahwa mereka akan melupakannya setelah beberapa hari. Kalau seandainya anda juga pernah melakukan hal yang sama seperti saya, tidak ada kata terlambat untuk meminta maaf pada orang yang pernah anda kecewakan. Jangan malu untuk melakukan hal yang benar sekalipun itu anda lakukan untuk seorang bocah atau teman, karena mereka juga punya hati nurani. Dan seandainya mereka masih tersenyum padamu walaupun anda telah mengecewakan mereka anda harus bersyukur atas karunia itu. Semoga kita-kita semua memang tidak pernah lupa pada kata yang satu ini, 'MAAF". 

" WAKTU "

By Unknown | At 00:27 | Label : , | 0 Comments

Seperti biasa Rudi, kepala cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.

“Kok, belum tidur?” sapa Rudi sambil mencium anaknya.

Biasanya, Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Imron menjawab, “Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?”

“Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?”

“Ah, enggak. Pengen tahu aja.”

“Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja, Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?”

Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya.

“Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong,” katanya.

“Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok,” perintah Rudi.

Tetapi Imron tak beranjak.

Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron kembali bertanya, “Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?”

“Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah.”

“Tapi, Ayah…” Kesabaran Rudi habis.

“Ayah bilang tidur!” hardiknya mengejutkan Imron.

Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya, Ia pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, “Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Imron. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok’ kan bisa. Jangankan Rp 5.000 ,- lebih dari itu pun ayah kasih.”

“Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini.”

“Iya, iya, tapi buat apa?” tanya Rudi lembut.

“Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah,” kata Imron polos.

Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.



sumber : http://tickochan.blogspot.com/2010/10/waktu.html
Posting Lama ►
 

Copyright © 2012. Belajar Bareng - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Bamz Templates